Wisata Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung tentu saja letaknya ada di jalan Ir. H. Djuanda, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dago. Letaknya sekitar 7 kilometer dari kota Bandung. Mulai dari Dago Pakar, hingga ke daerah Maribaya, Lembang. Wisata Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung konsepnya adalah seperti daerah konservasi alam berupa hutan, mirip dengan Kebun Raya Bogor.
Bagi yang sudah pernah merasakan jalan-jalan di Kebun Raya Bogor, akan merasakan efek yang hampir sama jika berwisata ke Wisata Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung. Hanya saja udaranya agak sedikit lebih dingin, meski pohon-pohon yang ada tak sebesar yang di Kebun Raya Bogor.
Luas konservasi alam Wisata Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung ini sekitar 600 hektar. Terdiri dari hutan, air terjun, gua hingga arena bermain. Banyak yang bisa kita kunjungi di Wisata Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung yaitu: Goa Jepang, Goa Belanda, Curug Dago, Curug Lalay, Curug Omas Maribaya, kolam PLTA Bengkok, monumen Ir. H. Djuanda, Panorama Alam Hutan Raya, jogging track ke Maribaya, dan Patahan Lembang.
Bagaimana cara menuju ke Taman Wisata Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung?
Ada beberapa jalur yang bisa anda lewati. Alat transportasi ke sana juga cukup beragam. Angkutan umum banyak tersedia, murah dan mudah. Ada beberapa pintu masuk yang bisa dicoba, seperti dari Dago Pakar, dari Ciburial, atau dari Maribaya, Lembang. Yang paling mudah adalah dengan naik angkutan umum menuju Dago. Dari terminal Dago, jaraknya hanya 3 kilometer lagi.
Goa Jepang dan Goa Belanda
Yang paling menarik dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Gua Jepang dan Gua Belanda. Jika masuk dari Dago Pakar, anda hanya butuh berjalan sejauh kurang lebih setengah kilo meter saja untuk mencapai Gua Jepang. Dibuat pada tahun 1942, Goa Jepang memiliki empat buah pintu yang saling berhubungan. Pembangunan Gua Jepang ini tentu saja dikerjakan dengan sistem romusha pada saat Jepang berkuasa di Indonesia. Panjangnya mencapai 70 meter. Berfungsi sebagai tempat persembunyian dan perlindungan bagi Jepang di Bandung. Seperti kita ketahui, Jepang banyak membangun gua-gua diberbagai kota sebagai tempat persembunyiannya.
Di dalam Goa Jepang, terdapat empat buah kamar, yang digunakan sebagai tempat peristirahatan panglima tentara Jepang. Tempatnya lumayan bersih dan tidak terlalu angker terlihat, karena Gua Jepang ini menjadi favorit pengunjung objek wisata sehingga selalu ramai dengan wisatawan. Untuk masuk dan dapat melihat dengan jelas, anda dapat menyewa sebuah senter seharga Rp. 3.000,- dan anda akan ditemani oleh pemandu berkeliling Gua Jepang sambil diceritakan asal usul sejarahnya.
Tak jauh dari Gua Jepang, anda juga bisa mengunjungi Gua Belanda. Gua Belanda agak sedikit lebih luas dibandingkan dengan gua Jepang. Dibangun terlebih dahulu pada tahun 1941, Goa Belanda dipakai sebagai terowongan untuk PLTA.
Curug Lalay dan Curug Omas
Curug Lalay dan Curug Omas, posisinya ada di daerah Maribaya. Agak jauh memang jika anda masuk dari pintu Dago Pakar. Curug Lalay dan Curug Omas bermuara di Sungai Cikapundung. Anda bisa jogging dan menembus hingga ke Maribaya dari kedua curug ini.